Rabu, 13 April 2011

Seks Pranikah Remaja Ponorogo: Menanti Kalangan Dewasa Berbagi Pengalaman

Mayoritas Remaja Ponorogo Lakukan Seks Pranikah.” Ini judul berita di www.mediaindonesia.com (18/12-2010). Disebutkan: “Mayoritas remaja di Kota Reyog Ponorogo, Jawa Timur, diduga sudah pernah melakukan hubungan pranikah atau seks bebas.” Ada beberapa hal yang perlu ditanggapi terkait dengan pernyataan pada lead berita dimaksud.
Pertama, judul berita yang menonjolkan remaja mengesankan hanya remaja yang melakukan seks pranikah. Ini mendorong stigma (pemberian cap buruk) dan diskriminasi (membedakan perlakuan) terhadap remaja. Hal ini merupakan perbuatan yang melawan hukum dan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia (HAM).
Kedua, jika ‘seks bebas’ dimaksudkan sebagai hubungan seksual di luar nikah maka lagi-lagi berita ini memojokkan remaja karena ‘seks bebas’ juga dilakukan kalangan dewasa, termasuk yang terikat dalam pernikahan yang sah secara agam adan hukum.
Ketua Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) Ponorogo, Jawa Timur, Endang Retno Wulandari, mengatakan: “Estimasi tersebut didasari hasil survei secara acak yang telah dilakukan selama enam bulan terakhir. Hasilnya, jumlah remaja putri yang pernah melakukan hubungan pranikah atau seks bebas mencapai kisaran 80%.” Pertanyaan yang sangat mendasar adalah” Bagaimana survai dilakukan? Yang dikhawatirkan survai hanya dengan menyebarkan angket dengan pertanyaan tertutup dengan jawaban ya atau tidak. Bisa saja mereka asal contreng atau merada malu kalau tidak mengiyakan perilaku seks pranikah.
Survai ini menunjukkan arogansi kalangan dewasa yang menjadi remaja sebagai ‘pelengkap penderita’ untuk menutupi perilaku ‘seks bebas’ mereka. Maka, suvai pun tidak membeikan angaka perbandingan ‘seks bebas’ di kalangan dewasa sehingga mengesankan hanya remaja yang (moralnya) bobrok. Padahal, fakta menunjukkan sekarang kian banyak ibu-ibu rumah tangga yang tertular HIV dari suaminya. Ini membuktikan bahwa suami mereka melakukan hubungan seksual tanpa kondom di luar perkawinan dengan perempuan yang mengidap HIV.
Disebutkan pula bahwa: “ ….. perilaku seks bebas di kalangan remaja putra sudah pada tahap mengkhawatirkan.” Dalam kaitan ini yang perlu diperhatikan adalah selama ini tidak ada informasi yang akurat yang diterima remaja bagaimana cara menyalurkan dorongan seks. Soalnya, pada masa remaja dorongan seks sangat tinggi. Penyaluran dorongan seks tidak bisa diganti dengan kegiatan lain selain melalui hubungan seksual atau cara-cara lain yang bisa mencapai ejakulasi.
Untuk itulah kita berhadap para orang tua atau kalangan dewasa mau bebagi pengalaman dengan remaja tentang cara mereka menyalurkan dorongan seks di masa remaja mereka.
Disebutkan pula, salah satu faktor yang yang mendorong perilaku ‘seks bebas’ yang tinggi di kalangan remaja Ponorogo adalah ‘pudarnya kearifan lokal’. Sayang, dalam berita tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan ‘kearifan lokal’ di Ponorogo terkait dengan seks.
Retno mengingatkan harus ada upaya bersama untuk mengatasi masalah perilaku seks pranikah di kalangan remaja karena kalau tidak dilakukan maka remaja akan semakin hancur. Lagi-lagi ini hanya pengalihan karena perilaku yang sama di kalangan dewasa, khususnya seks di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti dan dengan yang sering berganti-ganti pasangan, justru jauh lebih berbahaya. Jika mereka tertular HIV maka laki-laki dewasa itu akan menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat, seperti kepada istrinya atau perempuan pasangan seks lain.
Ketua PKK Ponorogo, Sulastri Amin, mengatakan prihatin dengan banyaknya remaja setempat yang sudah mengenal seks bebas. Sayang, Ketua PKK ini tidak melihat hal yang sama pada kalangan dewasa. Kondisi ini membuat kalangan dewasa ‘leluasa’ menyalurkan dorongan seksualnya melalui ‘seks bebas’ karena luput dari perhatian. Maklum, yang dihujat hanya remaja.
Kondisi itu akan membawa petaka bagi penduduk Ponorogo yang kelak dapat dilihat dari jumlah ibu-ibu rumah tangga yang terdeteksi HIV-positif. ***

Minggu, 27 Maret 2011

Nasihat Imam ghozali

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali mengajukan 6 pertanyaan.
Pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman,dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185)
Pertanyaan kedua "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".. Murid-muridnya ada yang menjawab bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Pertanyaan yang ke tiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, lautan dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan ke empat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban itu benar, kata Imam Ghozali. Tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini.Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT,sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.
Pertanyaan yang ke lima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".

Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat.

Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA". Karena melalui lidah, Manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Jumat, 25 Maret 2011

SUDRAJAD ITU SUGENG: Kampung Idiot Telah Bangkit

SUDRAJAD ITU SUGENG: Kampung Idiot Telah Bangkit: "Kampung Idiot Telah Bangkit Desa Karangpatihan Kec. Balong, kab. Ponorogo dulu lebih dikenal dengan sebutan Kampung IDIOT, akan tetap..."

Kampung Idiot Telah Bangkit

SELAMAT DATANG DI KAMPUNG IDIOT

Selamat datang di kampung idiot, desa karangpatihan, kec. balong, kab. Ponorogo
Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Blog ini
 
 
 
 
Di-link Dari Sini
 
 
 

Web
 
 
 

Jumat, 18 Maret 2011

Pesona Wisata The DUMIMAM WATERFALL (Air Terjun Kedung Mimang, Red) Karangpatihan, balong, Ponorogo

Desa karang patihan Kec. Balong, Kab. Ponorogo tidak hanya menyimpan EXOTICA Wana Wisata, sebuah air terjun yang terdapat di Lereng Gunung RAJEG WESI, sebuah keindahan yang NATURAL dan mempesona, elok nan asri. berikut galery yang sempat tim Redaksi DAUN-NET ambil..


The DUMIMAM WATERFALL (Air Terjun Kedung Mimang) Karangpatihan


Aliran Sungai nan jernih memukau

Pengunjung wisata The DUMIMAM WATERFALL

EXOTIKA Alam yang alami, The NATURE face of Forrest

kolam kecil yang jernih/bening di bawah AIR TERJUN

Dasaran Bebatuan Alami menambah indah




Percikan air yang jernih


Datng dan nikmati keindahan Panorama Wisata Alam KEdung Mimang (The DUMIMAM)

Rabu, 23 Maret 2011

Pondokku Yang Tercinta!!!!

Selayang Pandang

Banyak orang menutup sebelah mata terhadap pendidikan pesantren. Padahal jika Pesantren di sandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, merupakan system pendidikan tertua saat ini dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang asli. Sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indoesia, pondok pesantren telah banyak berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejak masa penyiaran agama islam di Nusantara hingga saat ini, pondok pesantren berperan sebagai pusat pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu agama islam (tafaquh fiddin), sekaligus berfungsi sebagai pusat penyebaran agama islam dan pusat pengembangan ilmu teknologi.
Berawal dari obsesi besar untuk membangun kembali keberadaan pesantren dan berorientasi menciptakan sebuah pesantren berkualitas yang mempunyai kemampuan multidimensi, pada tahun 1989 Drs. K Imam Zainuddin mulai merintis didirikannya tempat untuk mengkaji dan mendalami ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum yang bernamakan Pondok Pesantren Darul Istiqomah, yang bertempat di Jl. Serut Sewu No. 2, Desa Ngumpul, Balong Ponorogo Jawa Timur.
Sistem Pendidikan dan pengajaran di Pon-Pes Darul Istiqomah
Seiring dengan perkembangan zaman yang terus berubah dengan bergerak progresif secara linier dengan kebutuhan masyarakat yang kian majemuk, system pendidikan dan pola pengajaran yang diterapkan di pon-pes Darul Istiqomah adalah mengacu pada system pendidikan dan pengajaran Pondok Modern Darussalam Gontor, yang mengintegrasikan antara kurikulum Pondok Modern Darussalam Gontor, kurikulum Departemen Agama dan kurikulum Depertemen Pendidikan Nasional.
Berpijak pada prinsip inilah Pondok Pesantren Darul Istiqomah membuka lembaga-lembaga pendidikan formal yang meliputi:
  1. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)
  2. Tarbiyatul Athfal / Taman Kanak-kanak terpadu
  3. Madrasah Ibtidaiyah Terpadu yang berstatus: terakreditasi
  4. Madrasah Tsanawiyah Terpadu, yang mempunyai nilai akrediatasi “A”
  5. Madrasah Aliah Terpadu, yang mempunyai nilai akreditasi “B”
  6. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN)
Visi
Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Darul Istiqomah
Terbentukanya Kader Islam yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan intelejensi (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).
Misi
Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Darul Istiqomah
  1. Menciptakan lembaga pendidikan yang islam dan berkualitas
  2. Menyiapkan kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan santri dan masyarakat
  3. Menyediakan tenaga kependidikan yang professional dan memiliki kompetensi dalam bidangnya
  4. Menyelenggarakan proses pembelajaran dan pendidikan yang menghasilkan kader islam yang berprestasi dan unggul
Tujuan
Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Darul Istiqomah
  1. Menghasilkan generasi yang berbudi tinggu, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas
  2. Mengembangkan generasi islam yang mandiri dan siap menghadapi perkembangan zaman yang menguasai ilmu pengetahuan agama, ilmu pengetahuan umum dan teknologi
Fasilitas yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Darul Istiqomah
  1. Masjid as Sholihah, terdiri dari 6 ruang, yaitu 3 kelas, 1 ruang administrasi, 1 ruang pembimbing organisasi santri putri dan 1 ruang kantor dewan asatidz.
  2. Ruang Belajar dan asrama yang representatif, yaitu:
    • Gedung Ulul Azmi, terdiri dari: 10 ruang, yaitu 6 kelas, 1 ruang lab komputer, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang untuk pembimbing organisasi santri putra dan satu ruang untuk peralatan drumb band, seni dan biologi.
    • Gedung Al-Wafa, terdiri dari 6 ruang, yaitu 5 ruang kelas, dan 1 kantor dewan ustadzah.
    • Gedung Al-Qibtiyah, yang terdiri: 4 ruang, yaitu 2 ruang untuk tempat tinggal Bpk Pimpinan Pondok, 1 ruang untuk asrama santri putri, dan 1 ruang untuk pengurus putri Organisasi Pelajar Islam Darul Istiqomah
    • Gedung Ash Sholihah. Yang terdiri dari 3 ruang, yaitu 1 ruang untuk asrama putra, 1 ruang untuk Pengurus Putra Organisasi Pelajar Islam Darul Istiqomah dan 1 ruang karantina kelas akhir.
  3. Peralatan musik, yang berfungsi untuk menyalurkan bakat santri dibidang musik islami, dangdut, pop dan lain sebagainya
  4. Peralatan keterampilan, yaitu keterampilan menjahit, merangkai bunga, elektro dan lain sebagainya
  5. Laboratorium Komputer dan Internet, dengan fasilitas ini, diharapkan para santri tidak gagap terhadap kemajuan teknologi dan mampu mengakses informasi-informasi dunia melalui media internet secara global akurat dan mendidik
  6. Bagi santri Madrasah Ibtidaiyah Terpadu yang datang dari luar desa Ngumpul, dapat kamu antar jemput dari rumah masing-masih santri
Kegiatan Ektra Kurikuler Santri
  1. Tahsinul Qur’an yang dimulai sejak pukul 5 sore hingga masuk waktu adzan maghrib
  2. Seni baca Al-Qur’an, sebagai wadah penyaluran bakat santri dalam tarik suara
  3. Pengajian Kitab Kuning, pelajaran ini ditujukan untuk membekali santri tentang Ilmu-ilmu Agama
  4. Praktek Kerja Lapangan (PKL), kegiatan ini sebagai sarana latihan santri akhir, untuk mengamalkan keilmuan yang telah di dapat selama di pondok untuk dikembangkan di masyarakat
  5. Muhadhoroh, yang menggunakan 4 bahasa yaitu Bahasa Surga (bhs Arab), Bahasa Dunia (bhs Inggris), bahasa Nasional (bhs Indonesia) dan bahasa lokal (bhs Jawa). Kegiatan ini sebagai bekal santri untuk menjadi da’i, tokoh masyarakat, ataupun sebagai pemimpin umat
  6. Seni Musik Hadroh Kontemporer, kegiatan ini sebagai sarana penyaluran bakat santri dalam memainkan alat musik dan sebagai sarana dakwah santri kepada masyarakat dengan musik yang luwes dan santun
  7. Kepramukaan, wadah ini berfungsi sebagai tempat penggemblengan mental santri, agar punya jiwa disiplin dan rasa tanggung jawab yang tinggi
  8. Kursus Mahir Dasar (KMD). Melalui kegiatan ini, diharapkan Pondok Pesantren Darul Istiqomah memiliki pembina-pembina yang unggul yang bisa mengajarkan ilmu tentang kepramukaan di Pondok atau di luar pondok
  9. Leadership Basic Training (LBT). Dengan kegiatan ii santri dilatih tentang tata cara berorganisasi yang benar dan mendidik
  10. Kursus Komputer. Kegiatan ini wajib diikuti dari santri Madrasah Ibtidaiyah Terpadu, Madrasah Tsanawiyah Terpadu dan Madrasah Aliyah Terpadu. Dengan hal ini diharapkan santri tidak canggung dalam menghadapi kemajuan zaman.
  11. Kursus Bahasa Arab dan Inggris. Dengan kursus ini, diharapkan bisa mendukung santri bisa menggunakan 2 bahasa resmi yang berlaku di pondok dengan benar dan baik
  12. Kursus Elektro, kursus ini sebagai wadah santri untuk mengembangkan bakatnya dalam bidang elektronik
  13. Kursus Drumb Band. Kursus ini di ikuti oleh santri Madrasah Ibtidaiyah Terpadu dan Madrasah Tsanawiyah Terpadu
Prestasi yang pernah diraih oleh Pon-Pes Darul Istiqomah
  1. Juara 3 lomba pidato Bhs. Arab se-Indonesia
  2. Juara 1 Lomba volly Se Jawa-Bali
  3. Juara 1 lomba Qoro’atul Qur’an se Kabupaten Ponorogo
  4. Juara 1 lomba Hadroh se Kabupaten Ponorogo
Mari berjuang, bergabung dan menegakkan kalimat ilahi bersama kami dengan mendaftarkan segera ke Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Darul Istiqomah.
Dengan alamat: Jl. Serut sewu No. 2 Ds Ngumpul, Balong, Ponorogo Indonesia
dan jika ada hal-hal yang kurang jelas bisa menghubungi kami dengan via telepon: (0352) 484834

Allah Mengujiku dengan Empat Nyawa

 
i
 
4 Votes
Quantcast

yaya-editNamanya Khairiyah. Ibu dari tiga anak ini Allah uji dengan cobaan yang luar biasa. Setelah suaminya meninggal, satu per satu, anak-anak tercinta yang masih balita pun pergi untuk selamanya.
Hidup ini memang ujian. Seperti apa pun warna hidup yang Allah berikan kepada seorang hamba, tak luput dari yang namanya ujian. Bersabarkah sang hamba, atau menjadi kufur dan durhaka.
Dari sudut pandang teori, semua orang yang beriman mengakui itu. Sangat memahami bahwa susah dan senang itu sebagai ujian. Tapi, bagaimana jika ujian itu berwujud dalam kehidupan nyata. Mampukah?
Hal itulah yang pernah dialami Bu Khairiyah. Semua diawali pada tahun 1992.
Waktu itu, Allah mempertemukan jodoh Khairiyah dengan seorang pemuda yang belum ia kenal. Perjodohan itu berlangsung melalui sang kakak yang prihatin dengan adiknya yang belum juga menikah. Padahal usianya sudah nyaris tiga puluh tahun.
Bagi Khairiyah, pernikahan merupakan pintu ibadah yang di dalamnya begitu banyak amal ibadah yang bisa ia raih. Karena itulah, ia tidak mau mengawali pintu itu dengan sesuatu yang tidak diridhai Allah.
Ia sengaja memilih pinangan melalui sang kakak karena dengan cara belum mengenal calon itu bisa lebih menjaga keikhlasan untuk memasuki jenjang pernikahan. Dan berlangsunglah pernikahan yang tidak dihadiri ibu dan ayah Khairiyah. Karena, keduanya memang sudah lama dipanggil Allah ketika Khairiyah masih sangat belia.
Hari-hari berumah tangga pun dilalui Khairiyah dengan penuh bahagia. Walau sang suami hanya seorang sopir di sebuah perusahaan pariwisata, ia merasa cukup dengan yang ada.
Keberkahan di rumah tangga Khairiyah pun mulai tampak. Tanpa ada jeda lagi, Khairiyah langsung hamil. Ia dan sang suami pun begitu bahagia. “Nggak lama lagi, kita punya momongan, Bang!” ujarnya kepada sang suami.
Mulailah hari-hari ngidam yang merepotkan pasangan baru ini. Tapi buat Khairiyah, semuanya berlalu begitu menyenangkan.
Dan, yang ditunggu pun datang. Bayi pertama Bu Khairiyah lahir. Ada kebahagiaan, tapi ada juga kekhawatiran.
Mungkin, inilah kekhawatiran pertama untuk pasangan ini. Dari sinilah, ujian berat itu mulai bergulir.
Dokter menyatakan bahwa bayi pertama Bu Khairiyah prematur. Sang bayi lahir di usia kandungan enam bulan. Ia bernama Dina.
Walau dokter mengizinkan Dina pulang bersama ibunya, tapi harus terus berobat jalan. Dan tentu saja, urusan biaya menjadi tak terelakkan untuk seorang suami Bu Khairiyah yang hanya sopir.
Setidaknya, dua kali sepekan Bu Khairiyah dan suami mondar-mandir ke dokter untuk periksa Dina. Kadang karena kesibukan suami, Bu Khairiyah mengantar Dina sendirian.
Beberapa bulan kemudian, Allah memberikan kabar gembira kepada Bu Khairiyah. Ia hamil untuk anak yang kedua.
Bagi Bu Khairiyah, harapan akan hiburan dari anak kedua mulai berbunga. Biarlah anak pertama yang menjadi ujian, anak kedua akan menjadi pelipur lara. Begitulah kira-kira angan-angan Bu Khairiyah dan suami.
Dengan izin Allah, anak kedua Bu Khairiyah lahir dengan selamat. Bayi itu pun mempunyai nama Nisa. Lahir di saat sang kakak baru berusia satu tahun. Dan lahir, saat sang kakak masih tetap tergolek layaknya pasien berpenyakit dalam. Tidak bisa bicara dan merespon. Bahkan, merangkak dan duduk pun belum mampu. Suatu ketidaklaziman untuk usia bayi satu tahun.
Beberapa minggu berlalu setelah letih dan repotnya Bu Khairiyah menghadapi kelahiran. Allah memberikan tambahan ujian kedua buat Bu Khairiyah dan suami. Anak keduanya, Nisa, mengalami penyakit aneh yang belum terdeteksi ilmu kedokteran. Sering panas dan kejang, kemudian normal seperti tidak terjadi apa-apa. Begitu seterusnya.
Hingga di usia enam bulan pun, Nisa belum menunjukkan perkembangan normal layaknya seorang bayi. Ia mirip kakaknya yang tetap saja tergolek di pembaringan. Jadilah Bu Khairiyah dan suami kembali mondar-mandir ke dokter dengan dua anak sekaligus.
Di usia enam bulan Nisa, Allah memberikan kabar gembira untuk yang ketiga kalinya buat Bu Khairiyah dan suami. Ternyata, Bu Khairiyah hamil.
Belum lagi anak keduanya genap satu tahun, anak ketiga Bu Khairiyah lahir. Saat itu, harapan kedatangan sang pelipur lara kembali muncul. Dan anak ketiganya itu bayi laki-laki. Namanya, Fahri.
Mulailah hari-hari sangat merepotkan dilakoni Bu Khairiyah. Bayangkan, dua anaknya belum terlihat tanda-tanda kesembuhan, bayi ketiga pun ikut menyita perhatian sang ibu.
Tapi, kerepotan itu masih terus tertutupi oleh harapan Bu Khairiyah dengan hadirnya penghibur Fahri yang mulai berusia satu bulan.
Sayangnya, Allah berkehendak lain. Apa yang diangankan Bu Khairiyah sama sekali tidak cocok dengan apa yang Allah inginkan. Fahri, menghidap penyakit yang mirip kakak-kakaknya. Ia seperti menderita kelumpuhan.
Jadilah, tiga bayi yang tidak berdaya menutup seluruh celah waktu dan biaya Bu Khairiyah dan suami. Hampir semua barang berharga ia jual untuk berobat. Mulai dokter, tukang urut, herbal, dan lain-lain. Tetap saja, perubahan belum nampak di anak-anak Bu Khairiyah.
Justru, perubahan muncul pada suami tercinta. Karena sering kerja lembur dan kurang istirahat, suami Bu Khairiyah tiba-tiba sakit berat. Perutnya buncit, dan hampir seluruh kulitnya berwarna kuning.
Hanya sekitar sepuluh jam dalam perawatan rumah sakit, sang suami meninggal dunia. September tahun 2001 itu, menjadi titik baru perjalanan Bu Khairiyah dengan cobaan baru yang lebih kompleks dari sebelumnya. Dan, tinggallah sang ibu menghadapi rumitnya kehidupan bersama tiga balita yang sakit, tetap tergolek, dan belum memperlihatkan tanda-tanda kesembuhan.
Tiga bulan setelah kematian suami, Allah menguji Bu Khairiyah dengan sesuatu yang pernah ia alami sebelumnya. Fahri, si bungsu, ikut pergi untuk selamanya.
Kadang Bu Khairiyah tercenung dengan apa yang ia lalui. Ada sesuatu yang hampir tak pernah luput dari hidupnya, air mata.
Selama sembilan tahun mengarungi rumah tangga, air mata seperti tak pernah berhenti menitik di kedua kelopak mata ibu yang lulusan ‘aliyah ini. Semakin banyak sanak kerabat berkunjung dengan maksud menyudahi tetesan air mata itu, kian banyak air matanya mengalir. Zikir dan istighfar terus terucap bersamaan tetesan air mata itu.
Bu Khairiyah berusaha untuk berdiri sendiri tanpa menanti belas kasihan tetangga dan sanak kerabat. Di sela-sela kesibukan mengurus dua anaknya yang masih tetap tergolek, ia berdagang makanan. Ada nasi uduk, pisang goreng, bakwan, dan lain-lain.
Pada bulan Juni 2002, Allah kembali memberikan cobaan yang mungkin menjadi klimaks dari cobaan-cobaan sebelumnya.
Pada tanggal 5 Juni 2002, Allah memanggil Nisa untuk meninggalkan dunia buat selamanya. Bu Khairiyah menangis. Keluarga besar pun berduka. Mereka mengurus dan mengantar Nisa pergi untuk selamanya.
Entah kenapa, hampir tak satu pun sanak keluarga Bu Khairiyah yang ingin kembali ke rumah masing-masing. Mereka seperti ingin menemani Khairiyah untuk hal lain yang belum mereka ketahui.
Benar saja, dua hari setelah kematian Nisa, Nida pun menyusul. Padahal, tenda dan bangku untuk sanak kerabat yang datang di kematian Nisa belum lagi dirapikan.
Inilah puncak dari ujian Allah yang dialami Bu Khairiyah sejak pernikahannya.
Satu per satu, orang-orang yang sebelumnya tak ada dalam hidupnya, pergi untuk selamanya. Orang-orang yang begitu ia cintai. Dan akhirnya menjadi orang-orang yang harus ia lupai.
Kalau hanya sekadar air mata yang ia perlihatkan, nilai cintanya kepada orang-orang yang pernah bersamanya seperti tak punya nilai apa-apa.
Hanya ada satu sikap yang ingin ia perlihatkan agar semuanya bisa bernilai tinggi. Yaitu, sabar. “Insya Allah, semua itu menjadi tabungan saya buat tiket ke surga,” ucap Bu Khairiyah kepada Eramuslim. (mnh)
(Seperti dituturkan Bu Khairiyah, warga Setiabudi Jakarta, kepada Eramuslim)

GONJANG-GANJING

Desa Idiot Balong Ponorogo

Balong, Ponorogo, Jawa Timur Fenomena Balong ini memang memprihatinkan. Akibat kemiskinan dan gizi buruk yang dialami di daerah Kaki Gunung Balong, Ponorogo,Jawa Timur, dari 5000 penduduk di desa ini, 111 diantaranya mengalami keterbelakangan mental atau yang dikenal awam sebagai idiot. Menurut kepala desa Karang Patiha, Balong, hal ini sudah terjadi selama berpuluh puluh tahun dan membuat desa ini dikenal sebagai Desa Idiot.
Sayangnya, banyak warga yang tidak mampu mengobati atau memeriksakan kesehatan mereka akibat keterbatasan dana dan kemiskinan. Jangankan untuk berobat, banyak warga Kaki Gunung Balong ini yang sehari-hari hanya makan singkong kering atau gaplek.
Mayoritas warga idiot karena gizi buruk ini berusia 40 tahun ke atas. Sebagian kecil lainnya adalah warga dengan usia balita hingga 30-an tahun. Dari total 1.756 KK penduduk yang tercatat dalam statistik Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, 1.203 KK diantaranya hidup dibawah garis kemiskinan.
Selain di Desa Karangpatihan, ada juga Desa Pandak, Kecamatan Balong, Ponorogo. Di desa tersebut , dari 3.800 penduduknya, sekitar 60 persen warga desa tersebut sangat miskin. Bahkan, 53 di antaranya, mengalami keterbelakangan mental (idiot).
sumber:
www.metrotvnews.com
www.koranjakarta.com